Lebih lanjut, Yanto menjelaskan pola operasional kapal compreng yang berangkat menuju Karang Ajang pada sore hari setelah berlabuh di Tanjung Kubu.
“Di Karang Ajang biasanya mereka beroperasi, yang notabene juga merupakan area tangkapan bagi nelayan tradisional yang mencari ikan,” jelasnya.
Menurutnya, Karang Ajang adalah salah satu lokasi favorit para nelayan tradisional karena ketersediaan ikan dan cumi-cumi cukup melimpah.
Namun sejak kapal-kapal compreng rutin beroperasi di sana, nelayan lokal mulai merasa ruang geraknya terbatas.
“Alat mereka jauh lebih lengkap dan menarik perhatian cumi-cumi dan ikan lebih cepat. Walaupun cuma tujuh kapal, pengaruhnya tetap terasa,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa kapal-kapal tersebut telah lama beroperasi di wilayah itu. Meskipun tidak menimbulkan konflik langsung, nelayan berharap ada perhatian dari pihak berwenang agar aktivitas melaut tetap adil dan berimbang.
“Kami bukan melarang mereka, cuma berharap ada pengaturan supaya semua nelayan bisa tetap cari makan,” tuturnya.