Menurut catatan Antara News (2007) dan kajian Universitas PGRI Palembang (2023), ritual perang ketupat punya lima tahap: Penimbongan, Ngancak, Perang Ketupat, Nganyot Perae, dan Taber Kampung.
Setiap tahap melambangkan pembersihan diri, tolak bala, dan penghormatan kepada alam.
Adat yang Mulai Ditinggalkan
Namun, Amang Keman khawatir. Beberapa tradisi lama mulai memudar, terutama adat sungai.
“Dulu, sebelum mandi di sungai, orang lempar bunga atau daun sirih dulu. Itu tanda izin pada penjaga air. Sekarang banyak yang langsung nyebur. Lupa kalau air juga punya nyawa,” ujarnya.
Ia tak ingin adat itu hilang. Baginya, adat bukan takhayul, tapi bentuk kesadaran ekologis yang lahir dari kearifan lokal.
“Adat itu pengingat. Air, tanah, laut, semua bukan milik kita sendiri,” ujarnya.
Penjaga Terakhir dari Laut Bertuah
Amang Keman lahir di Desa Tempilang pada awal 1950-an. Sejak muda, ia belajar membaca tanda alam dari para dukun tua, bagaimana melihat arah angin, membaca ombak, hingga berdoa di tengah laut.
Kini, di usia senja, ia telah memimpin lebih dari 40 kali ritual Selamat Laut dan Perang Ketupat.
Ia dikenal sebagai penjaga terakhir dari tradisi dukun laut yang kian langka di Bangka Belitung.
Setiap sore, sebelum matahari tenggelam, Amang Keman selalu berdiri di tepi laut. Tangannya terangkat, matanya menatap jauh ke cakrawala.
“Kalau adat hidup, laut ikut hidup. Kalau adat mati, laut akan sunyi,” ujarnya pelan.
Sumber dan Literatur yang Dapat Diakses
1. “Tradisi Perang Ketupat di Babel Dipercaya Bersihkan Kampung dan Tolak Bala.” Detik.com (1 Maret 2024)
2. “Pesta Adat Perang Ketupat Tempilang Bangka Barat Diminati Warga.” Antara News (2 Sep 2007)
3. “Perang Ketupat, Ritual Adat Ratusan Tahun dari Tanah Tempilang.” JelajahBangka.com (10 Jun 2016)
4. “Menjaga Hutan Mangrove di Pesisir Bangka Belitung.” Mongabay Indonesia (2024)
5. “Kajian Semiotik Tradisi Perang Ketupat Tempilang.” Jurnal Universitas PGRI Palembang (2023)
6. Buku Mengenal Lebih Dekat Praktik Adat Melayu Bangka Belitung, Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau, 2021
Penulis: Belva



















