“Oleh karena itu, kita harus mendorong masyarakat untuk terus mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk tanaman hortikultura. Potensi kita besar, dan panen bawang merah hari ini membuktikan bahwa pertanian hortikultura bisa berkembang di Babel,” ujar Sugito.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pemanfaatan lahan secara optimal sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya swasembada pangan di setiap daerah hingga tingkat desa sebagai langkah strategis menghadapi dinamika geopolitik global.
“Kekuatan suatu negara bergantung pada ketahanan pangannya. Selama ini, pertambangan dan perkebunan menjadi sektor utama di Babel, namun hortikultura juga berpotensi besar, seperti bawang merah ini. Ini membuktikan bahwa anggapan tanaman hortikultura sulit tumbuh di Babel adalah keliru,” tegasnya.
Meski demikian, lanjut Sugito, tantangan utama dalam pengembangan bawang merah adalah membangun kepercayaan dan komitmen petani agar tetap berfokus pada budidaya hortikultura. Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun mitra swasta, sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan sektor ini.
“Kita perlu terus mengeksplorasi potensi yang ada dan membangun pola pikir petani agar lebih berdaya. Tidak semua hasil bisa didapatkan secara instan, tetapi dengan pembinaan yang tepat, peningkatan pengetahuan, serta daya juang yang kuat, kita bisa mewujudkan ketahanan pangan di daerah kita sendiri,” tutup Sugito.
Panen bawang merah di Mesu Timur menjadi bukti bahwa Babel memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor hortikultura. Dengan dukungan yang berkelanjutan, daerah ini berpotensi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan semakin mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
