“Apa bedanya Aik Bakung dengan Hari Jadi Kabupaten Bangka Selatan? Sedangkan hari jadi ini dirayakan hanya sekali dalam setahun,” katanya.
Selain itu, Marzam juga menyoroti keputusan penundaan peringatan Hari Jadi ke-22 Bangka Selatan yang dianggap tidak sesuai dengan tanggal sebenarnya.
“17 Agustus saja tidak pernah diundur. Masa, hari jadi kabupaten kita harus ditunda? Terlepas dari apakah itu hari libur atau tidak, kalau memang ada niat untuk melaksanakan, pasti bisa,” tegasnya.
Ia berharap agar ke depan, bupati bisa lebih memperhatikan kehadirannya dalam acara penting seperti ini. Bahkan, ia menyarankan agar masyarakat juga diundang dalam perayaan tersebut untuk meningkatkan keterlibatan publik.
“Kalau memang memungkinkan, undang juga masyarakat agar bisa ikut merayakan. Jika ada instruksi presiden yang mengatur, tinggal disesuaikan dengan kondisi daerah. Yang baik kita dukung, yang kurang baik kita perbaiki,” pungkasnya.
Dengan absennya bupati dalam peringatan hari jadi ini, berbagai pihak berharap agar ke depannya perayaan semacam ini dapat lebih dihargai oleh pemimpin daerah sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan masyarakat Bangka Selatan.