Tak kalah bahayanya adalah efek dari stigma ini. Ketika perempuan menganggap ini menjadi sesuatu yang tabuh. Meyakini bahwa ini sudah menjadi hukum alam yang tak dapat dirubah, sehingga saat dihadapkan dengan kaum laki-laki dalam memperebutkan kursi jabatan misalnya, akan timbul rasa pesimis untuk menang. Atau merasa gengsi dipimpin oleh seorang perempuan.
Dengan lahirnya para kartini baru seperti ibu Megawati Soekarno Putri sebagai presiden perempuan pertama di Indonesia menjadi bukti bahwa perempuan tidak kalah kuat dibanding dengan kaum laki-laki. Ibu Sri Mulyani yang menjabat sebagai menteri keuangan atau ibu Retno Marsudi sebagai menteri luar negeri. Mereka adalah sebagian dari banyaknya perempuan hebat yang memiliki peranan penting dalam Negara ini.
Keterlibatan perempuan dalam politik dan pemerintahan di Indonesia terbukti telah membawa dampak yang cukup baik terhadap peraturan dan perundangan yang berpihak terhadap perempuan, anak-anak, serta kelompok minoritas. Contoh perundangan yang berhasil digolkan dengan dukungan politisi perempuan dan masyarakat sipil antara lain UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS). Peningkatan keterwakilan legislator perempuan sangat penting untuk meningkatkan kualitas kebijakan publik yang ada agar lebih berpihak kepada perempuan, anak- anak, dan kelompok minoritas.
Begitu juga dengan pemerintah harus bisa menjamin keamanan hak-hak politik setiap perempuan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan asas pancasila. Maka seluruh perempuan Indonesia tidak usah ragu ketika harus terjun dalam perpolitikan. Tidak ada ketakutan ketika harus menjadi pemimpin dalam badan/lembaga pemerintahan.
Mengutip kata-kata Bung Karno yang beliau tulis dalam bukunya yang berjudul ‘’Sarinah; kewajiban wanita menjalankan kewajibannya’’. Wanita Indonesia, kewajibanmu telah terang! Sekarang ikutlah serta mutlak dalam usaha menyelamatkan republik, dan nanti jika republik telah selamat, ikutlah serta mutlak dalam usaha menyusun Negara nasional. Di dalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkau nanti menjadi wanita yang bahagia dan wanita yang Merdeka! (halaman 329)
Penulis : Sarinah Risma