Scroll untuk baca artikel
Pasang Iklan
IMG-20250817-WA0093
IMG_20250817_193446
BeritaKab. Bangka Barat

Desa, Pemuda, dan Koperasi: Menelusuri Jejak Gagasan H. Zuhri untuk Bangka Belitung

×

Desa, Pemuda, dan Koperasi: Menelusuri Jejak Gagasan H. Zuhri untuk Bangka Belitung

Sebarkan artikel ini
Desa, Pemuda, dan Koperasi: Menelusuri Jejak Gagasan H. Zuhri untuk Bangka Belitung

Optimisme Desa vs Ketergantungan Tambang

Dalam pidatonya, Zuhri berulang kali menekankan optimisme. Ia menyebut desa sebagai masa depan Bangka Belitung: tanah subur, laut kaya, manusia potensial.

Namun investigasi lapangan menunjukkan fakta kontras. Banyak desa masih bergantung pada tambang timah, lahan pertanian tergerus sawit, dan pemuda lebih memilih kerja di tambang ketimbang bertani.

Seorang aktivis lingkungan di Bangka Barat bahkan mengingatkan, “Kalau bicara pembangunan desa, jangan cuma optimisme. Realitanya, desa sudah kehilangan banyak lahan produktif.”

Zuhri tidak menampik. Ia menegaskan perlunya pendidikan politik pembangunan agar masyarakat tak hanya mengejar keuntungan sesaat.

Rumah Aspirasi Digital dan Tantangan Infrastruktur

Gagasan terakhir Zuhri adalah Rumah Aspirasi Digital, wadah agar rakyat bisa menyampaikan keluhan, masukan, dan ide cukup lewat HP.

“Dengan teknologi, aspirasi bisa ditangkap kapan pun, dari mana pun. Tidak ada lagi alasan rakyat tidak didengar,” ujarnya.

Namun, masalah muncul pada infrastruktur. Banyak desa masih kesulitan akses internet. Artinya, rumah digital hanya bisa berjalan jika disertai investasi jaringan yang merata. Tanpa itu, ide bagus ini hanya akan dinikmati warga kota, sementara desa tetap tertinggal.

Peta Jalan Penuh Tantangan

Liputan ini memperlihatkan lima gagasan besar Zuhri: koperasi, sekolah rakyat, MBG (Makan Bergizi), pembangunan desa, dan rumah digital. Semua menyentuh akar persoalan Bangka Belitung. Namun, realitas lapangan menunjukkan jalan terjal:

Subsidi pupuk rawan bocor tanpa koperasi yang kuat.

Koperasi butuh reformasi agar tidak mati suri.

Sekolah rakyat memerlukan pendanaan dan pengawasan berkelanjutan.

Optimisme desa harus menghadapi ketergantungan tambang.

Rumah digital menuntut internet merata.

Dengan kata lain, gagasan Zuhri adalah peta jalan, tetapi jalannya penuh lubang. Butuh keberanian politik, integritas kelembagaan, dan partisipasi rakyat agar tidak berhenti pada pidato.

Menutup pidatonya, Zuhri menatap serius ke arah peserta forum.

“Saya ingin desa-desa di Bangka Belitung berdiri tegak. Bukan minta-minta, tapi memberi. Itu baru kemerdekaan sejati.”

Kalimat itu menjadi penutup yang reflektif. Gagasan besar bisa jadi cahaya, tetapi jalan menuju cahaya selalu penuh bayangan masalah. Pertanyaan tersisa: apakah masyarakat dan pemerintah berani menapakinya?

Akses Terus Biar Update
IMG-20250806-WA0043
IMG-20250815-WA0045
IMG_20250909_235705
previous arrow
next arrow