Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Haris Setiawan, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah untuk menghadirkan hiburan sekaligus memperkuat nilai kebersamaan di tengah masyarakat.
“Melalui rangkaian kegiatan ini, kami ingin masyarakat Bangka Selatan tidak hanya terhibur, tetapi juga merasa bangga terhadap potensi seni dan budaya lokal yang kita miliki,” ujar Haris.
Ia menambahkan, event tersebut juga diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi daerah, terutama bagi pelaku UMKM dan ekonomi kreatif yang akan berpartisipasi dalam bazar dan kegiatan pendukung lainnya.
“Kami berharap selain menjadi hiburan rakyat, acara ini juga memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi lokal,” tuturnya.
Meski demikian, hingga saat ini, Pemkab Bangka Selatan maupun pihak dinas penyelenggara belum memberikan penjelasan resmi terkait sumber pendanaan kegiatan tersebut, termasuk berapa besar anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan event tahunan ini.
Situasi ini pun menimbulkan reaksi di kalangan masyarakat. Banyak pihak menilai, di tengah kondisi keuangan yang terbatas, Pemkab seharusnya lebih fokus menekan defisit anggaran ketimbang menggelar kegiatan seremonial yang membutuhkan biaya besar.
Publik juga mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam menjalankan Inpres efisiensi belanja, yang secara tegas melarang kegiatan yang tidak memiliki dampak langsung terhadap pembangunan dan pelayanan publik.
Meski kegiatan Tarkam dan Kemilau Pesona Bangka Selatan 2025 disebut sebagai agenda tahunan yang ditunggu masyarakat, namun di tengah situasi defisit saat ini, event hiburan tersebut justru menimbulkan sorotan tajam terhadap prioritas dan arah kebijakan Pemkab Basel. (*)