Ia menekankan semangat kebangsaan hanya bisa dirawat dengan menjaga kerukunan, memperkuat toleransi, serta menanamkan nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hari.
“Diharapkan melalui dialog kebangsaan ini, kita mampu merawat persatuan bangsa dengan meneladani nilai-nilai historis dan filosofis yang diwariskan,” tambah Unu.
Sejarawan Dato’ Akhmad Elvian menguraikan makna filosofis seloka “Pangkalpinang Pangkal Kemenangan” yang digelorakan Bung Karno. Menurutnya, seloka tersebut bukan sekadar simbolis, melainkan sudah diabadikan dalam Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 22 Tahun 2010 tentang Lambang Daerah.

“Dalam perda itu, seloka ditempatkan pada pita hiraldis berwarna keemasan di logo daerah. Selain itu, Tugu Merdeka di Tamansari juga menjadi bagian dari lambang daerah. Simbol ini mencerminkan kebudayaan, latar belakang historis, dan motivasi bagi masyarakat serta pemerintah kota dalam pembangunan,” jelas Elvian.
Ia menambahkan, seloka Pangkal Kemenangan memiliki makna lintas waktu: masa lalu, masa kini, hingga masa depan.
“Tugu Merdeka melambangkan daya cipta, kemegahan, daya juang, semangat persatuan, nasionalisme, dan patriotisme masyarakat Pangkalpinang sebagai bagian dari bangsa Indonesia,” tukasnya. (*)
















