“Untuk mendukung transisi energi, PT Timah juga melakukan rekondisi mesin dengan Overhaul pada Peralatan Produksi di sektor eksplorasi dan penambangan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anggi mengungkapkan, langkah lain yang ditempuh adalah substitusi bahan bakar fosil dengan energi terbarukan (EBT).
Tak hanya itu, PT Timah juga menggandeng teknologi kendaraan operasional hybrid, mengimplementasikan biodiesel B35, dan mulai beralih ke biodiesel B40 sejak Februari 2025. Perusahaan juga mulai menggunakan forklift berbasis listrik.
Sementara, di sektor pengolahan dan peleburan, PT Timah mengimplementasikan PLNisasi dengan memindahkan sumber daya PLTD ke PLN di Site Mentok.
Selain itu, perusahaan juga memanfaatkan energi surya melalui pemasangan solar panel on-grid di beberapa area reklamasi, seperti Reklamasi AirJangkang di Pulau Bangka dan Reklamasi Air Selinsing di Pulau Belitung.
“Langkah-langkah yang kami ambil untuk mengurangi konsumsi energi bukan hanya berdampak pada efisiensi operasional, tetapi juga merubah pola pikir kami dalam beroperasi. Ini adalah bagian dari perjalanan PT Timah dalam memastikan keberlanjutan bisnis dan lingkungan,” kata Anggi.
Selain mendukung target nasional Net Zero Emission, inisiatif pengelolaan energi PT Timah juga memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan menjaga masa depan lingkungan.
“Kami berharap langkah-langkah ini bisa menginspirasi perusahaan lain untuk turut berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau,” pungkasnya. (*)