Mungkinkah komposisi koalisi secara nasional diturunkan ke jenjang politik lokal?, kalau itu yang terjadi maka pertarungan akan diwarnai sentimen politik dari pilpres, dan sedikit menyulitkan untuk mencari kandidat yang punya pengalaman berkontekstasi.
Terkhusus di bangka Belitung komposisi koalisi nasional sepertinya sulit terjadi karena di Gerindra sendiri ada Erzaldi Rosman sebagai petahana (Gubernur periode 2017-2022) dan juga sebagai ketua DPD Gerindra Bangka Belitung. Sementara (kemungkinan) yang akan menjadi rivalitasnya adalah Hidayat Arsani (mantan Wakil Gubernur Bangka Belitung periode 2014-2017) politisi Golkar Bangka Belitung. Artinya kalau kedua kandidat ini bertarung maka koalisi nasional tidak berlaku.
Erzaldi Rosman dan Hidayat Arsani keduanya incumbent dimasa yang berbeda, tentu keduanya memiliki pengalaman dan potensi untuk menarik perhatian publik. Sebagai incumbent tentu ingatan publik masih sangat segar. Erzaldi Rosman misalnya baru sekitar 2 tahun pasca menyelesaikan periode pertama jabatannya sebagai gubernur bangka Belitung, secara sosiologis masyarakat tentu masih ingat terhadap beliau termasuk kinerja dan program-program pembangunan selama ini dilakukannya. Sangat sulit membayangkan seorang pemimpin di tengah covid bisa mendapatkan prestasi dari negara bersama dengan Gubernur DKI (Anies Baswedan saat itu), dan Gubernur Jawa Timur (Khofifah Indar Parawansa saat itu). paling tidak ini akan menjadi parameter bagi Erzaldi untuk kembali bertarung sebagai panggilan pengabdian dari rakyat.
Dengan mempertimbangkan hasil pilpres kemarin dimana Prabowo Gibran memenangkan pertarungan, termasuk kemenangan di bangka Belitung, sehingga dasar inilah kemudian menjadikan Erzaldi punya kans dengan takaran yang cukup kuat untuk mengambil peran politik di kontestasi Pilgub di November 2024 mendatang. Modal berikutnya adalah lolosnya Melati Erzaldi (istri) ke senayan dari Gerindra, sehingga basis ini menjadi social capital bagi Erzaldi untuk melanjutkan niat politiknya di Pilgub bangka Belitung.
Gerindra paling tidak menjadi starting point bagi Erzaldi untuk mendrive kepentingan masyarakat lewat proses politik yang demokratis. Erzaldi bukan hanya incumbent, disamping punya karis politik yang gemilang juga memiliki ketokohan di semua lapisan masyarakat. Social capital ini sesungguhnya menjadi penting bagi setiap kontestan didalam event politik.
Karena itu Erzaldi dipandang sebagai sosok yang mumpuni bagi keberlanjutan pembangunan di Bangka Belitung. Dan ini adalah panggilan kerakyatan untuk masyarakat serumpun sebalai.
Penulis : Saifuddin (Direktur Eksekutif LKiS)
Penulis Buku ; Politik Tanpa Identitas, Obituari Demokrasi, Elegi Demokrasi, Catatan Catatan Demokrasi