Dalam perayaannya, malam puncak Festival Budaya 7 Likur memperlombakan gerbang api atau lampu likur dengan ukiran-ukiran kaligrafi, berbagai bentuk miniatur bangunan, dan seni bernuansa Islami yang dibangun di setiap perbatasan antar RT di Desa Mancung. Juga dilaksanakan lomba busana muslim, lomba azan, tilawah, dan hapalan ayat pendek.
Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Safrizal ZA yang hadir pada malam puncak Festival Budaya 7 Likur, merasa takjub dengan tradisi yang juga dalam rangka memperingati malam lailatul qadar, yang dipercaya sebagai malam istimewa bagi umat Islam.
“Hari ini kita memasuki hari ke-27 menjalankan ibadah puasa, yaitu minggu terahir bulan Ramadan. Di Desa Mancung yang kita banggakan ini dilaksanakan tradisi 7 likur yang sudah menjadi event budaya tahunan. Tradisi ini merupakan pesan, dan menghantarkan kuatnya makna dan nilai budaya di masa mendatang,” ujarnya.
Disebutkan Pj. Gubernur yang juga Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Administrasi Kewilayahan (Adwil) Kemendagri RI, Festival Budaya 7 Likur menjadi gambaran bahwa Bangka Belitung begitu beragam akan khasanah budayanya, yang perlu dilestarikan agar tidak punah ditelan zaman, dan tidak terlupa oleh generasi.
Salah satunya adalah melakukan pemeliharaan budaya dengan terus mengembangkan tradisi yang dimiliki di setiap daerah.
“Marilah kita bersama menjaga, dan melestarikan budaya daerah dengan ikut serta mencintai, dan mendukung Desa Mancung dalam acara ini. Harapannya, ke depan Festival Budaya 7 Likur dapat diusulkan dalam penetapan warisan budaya tak benda Indonesia,” pungkasnya.