PT Timah Tbk kini tengah mengembangkan mineral ikutan timah berupa REE dengan menghadirkan Pilot Plant RE(OH) di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat.
Dukungan terhadap langkah ini juga datang dari Menteri Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Sains (Mendiktisaintek), Prof. Brian Yuliarto, Ph.D, yang menyatakan kementeriannya akan melibatkan perguruan tinggi dan lembaga riset untuk memperkuat penelitian pengolahan mineral REE.
“Kita akan melakukan beberapa penelitian, pembangunan pilot plant, dan berupaya mempercepat pemanfaatannya. Saya mengapresiasi PT Timah yang sangat mendukung dan berkolaborasi untuk hal ini,” ujarnya.
Corporate Secretary PT Timah Tbk, Rendi Kurniawan, mengatakan hilirisasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk memperkuat posisi dalam rantai pasok global.
“Timah merupakan bahan baku dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan, termasuk baterai kendaraan listrik, panel surya, hingga perangkat penyimpanan energi. Melalui hilirisasi, PT Timah tidak hanya memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen timah dunia, tetapi juga sebagai pemain kunci dalam ekosistem energi baru terbarukan global,” kata Rendi.
Menurutnya, hilirisasi harus berjalan seiring dengan praktik pertambangan berkelanjutan. Karena itu, PT Timah terus menjalankan reklamasi pascatambang, pemberdayaan masyarakat, dan program lingkungan untuk menciptakan ekosistem pertambangan yang berkesinambungan.
“Momentum Hari Pertambangan menjadi pengingat bagi kita semua bahwa pengelolaan sumber daya mineral harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, bangsa, dan negara, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan,” tambahnya.
Dengan komitmen hilirisasi, pengembangan mineral ikutan, serta praktik pertambangan berkelanjutan, PT Timah optimistis dapat berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan nasional sekaligus memperkuat kemandirian industri Indonesia. (*)