Selain itu, dua program nasional yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga diberikan kepada para santri di seluruh Indonesia sebagai bentuk investasi masa depan bangsa.
“Dengan gizi yang baik dan lingkungan yang sehat, santri akan tumbuh menjadi ilmuwan, pemikir, dan pemimpin masa depan,” kata Menag dalam pesannya yang dibacakan H. Pril.
Usai upacara, suasana khidmat berubah menjadi semarak. Para santri menampilkan tari tradisional, atraksi silat, hingga penampilan band santri dari Pondok Pesantren Uwais Al-Qorni. Tepuk tangan dan tawa bahagia dari tamu undangan membuat acara semakin hangat.
Kegiatan ditutup dengan penyerahan santunan kepada santri se-Bangka Barat serta penanaman pohon penghijauan oleh H. Pril Masrori sebagai simbol tumbuhnya generasi santri yang berilmu dan mencintai bumi.
Peringatan Hari Santri Nasional di Tempilang, Kabupaten Bangka Barat ini juga menjadi refleksi sejarah panjang perjuangan santri Indonesia.
Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri untuk mengenang Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari tahun 1945, yang menyerukan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.
Fatwa itu menyalakan semangat perjuangan hingga meletusnya pertempuran 10 November di Surabaya.
Kini, delapan dekade setelah kemerdekaan, Bangka Barat menjadi saksi kebangkitan semangat santri Indonesia.
Dari tanah kecil di tepi laut, gema takbir dan semangat jihad ilmu kembali menggema. Para santri berdiri tegak, meneguhkan tekad untuk menjaga ilmu, iman, dan Indonesia.
“Selamat Hari Santri 2025. Mari kita kawal Indonesia yang merdeka ini menuju peradaban dunia yang damai, berilmu, dan berkeadaban,” tutup H. Pril Masrori. (blv)
