Kata Hidayat Arsani kondisi saat ini, jika PT Timah Tbk tidak mampu meningkatkan produksinya, maka BUMN tersebut terancam melakukan pemberhentian massal kepada karyawannya.
“Kita tidak mau itu terjadi, nasib 4.000 lebih karyawan PT Timah Tbk itu harus diselamatkan. Karena jika PHK dilakukan maka akan menjadi masalah berat Bangka Belitung, akan meningkatkan pengangguran, dampaknya akan besar untuk Bangka Belitung,” katanya.
Selain menyikapi masalah produksi, Hidayat Arsani menyoroti kinerja direksi sebelum Ahmad Dhani Virsal. Menurutnya banyak investasi yang gagal di era sebelum Ahmad Dhani Virsal.
“Saya melihatnya Dani Virsal ini tumbal. Selamatkan investasi yang tidak jalan itu, itu uang rakyat, banyak sekali,” kata Hidayat Arsani.
Selain dari internal, menurut dia peran dari pemerintah yang menerbitkan RKAB juga memicu kondisi PT Timah Tbk seperti saat ini.
“Yang merobohkan PT Timah Tbk ini satu-satunya adalah RKAB yang belum clear dan clean. Kejagung sudah memeriksam Dinas Pertambangan sudah diobok-obok, siapa yang bertanggung jawab. Krisis kepercayaan kepada kepemimpinan kita,” kata dia.
Sementara itu Direktur BRiNST Teddy Marbinanda menyampaikan, lembaganya konsen menyoroti persoalan timah, termasuk persoalan korupsi timah yang saat ini sedang terjadi.
BRiNST pun mencurigai Ekspor timah mengalir deras dari perusahaan smelter timah yang hanya memiliki IUP di bawah 10 ribu hektar, bahkan ada yang di bawah seribu hektar. Kuota ekspor yang diberikan sangat erat kaitannya dengan persetujuan RKAB yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Mineral Batubara, Kementerian ESDM.
“Kita mendorong bisnis timah berada pada koridor hukum yang semestinya. Bagaimana kegiatan produksi hingga pengolahan yang sesuai dengan peraturan,” kata Teddy Marbinanda. (*)