Andrian menyebut, sebelum mendapatkan remisi, setiap warga binaan harus memenuhi kriteria khusus, terutama perilaku baik selama menjalani masa tahanan.
Namun bagi warga binaan yang melakukan pelanggaran, diberikan sanksi administratif yang berlaku. Hal tersebut bisa menjadi penghalang bagi warga binaan untuk memperoleh remisi.
“Jadi remisi ini hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar menjaga prilaku saat menjalani hukuman dan aktif mengikuti pembinaan,” jelasnya.
Ia menambahkan, pemberian remisi ini merupakan hak setiap warga binaan, namun pemberiannya tidak otomatis. Penilaian dilakukan ketat oleh pihak rutan melalui pengawasan perilaku, keikutsertaan dalam pembinaan, serta komitmen untuk berubah menjadi pribadi lebih baik.
“Remisi ini bukan akhir dari segalanya, tapi bagian dari proses pembinaan. Harapannya, para warga binaan bisa menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih bermartabat dari sebelumnya,” katanya.
Ia juga berpesan, bagi warga binaan yang masih menjalani hukuman harus memanfaatkan waktu untuk beribadah dan mengikuti pembinaan dengan baik.
Sedangkan yang langsung bebas, diminta untuk kembali ke masyarakat dengan semangat baru dan berkontribusi positif.
“Bagi yang masih menjalani hukuman, manfaatkan waktu untuk beribadah, ikuti pembinaan, dan jauhi pelanggaran. Sementara yang bebas hari ini saya ucapkan selamat. Kembalilah ke masyarakat dengan semangat baru, jadilah pribadi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara,” pungkasnya.
Upacara penyerahan remisi berlangsung khidmat dan dihadiri jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Bangka Barat, tokoh masyarakat, serta keluarga warga binaan.
Remisi di momentum HUT ke-80 RI ini menjadi simbol kemerdekaan dalam arti luas, bukan hanya merdeka dari penjajahan, tetapi juga kesempatan bagi warga binaan untuk memperbaiki diri, memulai hidup baru, dan memberi manfaat bagi masyarakat. (blv)
