“Kondisi PIP tempat korban AD bekerja itu harus dipertanyakan, ponton tersebut diduga tidak memenuhi standar keselamatan, artinya tidak layak operasi, kondisi tersebut tidak mempertimbangkan keselamatan dan nyawa pekerja dengan lemahnya pengawasan baik dari pihak CV maupun petugas pengawasan tambang,” ujar Sumber.
Sumber juga mengatakan, perusahaan mitra PT Timah CV Pelangi Berkat (PB) milik Juf alias Af diketahui memiliki lima lokasi Surat Perintah Kerja (SPK) dari PT Timah. Kelima lokasi tersebut yakni, di Batu Bedaun DU 1548 sebanyak 5 unit PIP, Laut Rebo DU 1548 sebanyak 15 unit, Laut Selindung DU 1554 sebanyak 15 unit, Laut Punai DU 1560 sebanyak 5 unit dan Laut Permis C sebanyak 5 unit.
Sedangkan lokasi SPK di Batu Bedaun DU 1548 dipegang oleh berinisial DI, Laut Selindung DU 1554 dipegang inisial DD, dan Laut Permis C dipegang inisial Kom.
“Dari lima lokasi SPK tersebut, pihak CV Pelangi Berkah mengambil keuntungan dari tambang tersebut sebesar 8 sampai 10 persen, sementara manajemen dan pengawasan di kuasai oleh orang lain, tanpa ikut campur manajemen Mitra CV. Sepertinya perusahaannya di pinjamkan kepada yang mau pakai dengan fee 8 sampai 10 persen,” sebut Narasumber yang namanya tidak mau disebutkan.
Atas insiden ini, pihak-pihak terkait baik itu pihak CV maupun pihak dari petugas pengawas tambang (Wastam) PT Timah tentunya perlu meningkatkan pengawasan bagi keselamatan kerja di sektor pertambangan. Para pekerja berhak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman dan terjamin, dan perusahaan harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa semua standar keselamatan dipatuhi.
Hingga berita ini dipublish, media Sekilasindonews.com masih berupaya konfirmasi kepada pihak CV. PB dan pihak petugas pengawas tambang (Wastam) PT Timah terkait kejadian tersebut.
