• Tin Intermediate Plant berkapasitas 8.000 ton/tahun, untuk panel surya, kabel listrik, dan bahan bangunan tahan panas.
• Tin Stabilizer Plant berkapasitas 10.000 ton/tahun, untuk industri otomotif, pipa/pvc, dan konstruksi.
• Pabrik tin solder dengan kapasitas 2.000 ton/tahun.
• Pabrik solder powder dengan kapasitas 100 ton/tahun.
Produk hilirisasi tersebut kini telah menembus pasar global, dengan negara tujuan India, China, Malaysia, Timur Tengah, Thailand, Korea, hingga Singapura.
Hilirisasi PT Timah Industri ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, yang menekankan pentingnya melanjutkan kebijakan hilirisasi dan mengurangi ekspor mineral mentah demi mendorong ekspor produk bernilai tambah.
Direktur Utama PT Timah Tbk, Restu Widiyantoro menegaskan bahwa hilirisasi timah merupakan upaya konkret agar sumber daya alam memberi manfaat maksimal bagi bangsa.
“Hilirisasi bukan hanya soal bisnis, tetapi bagaimana memastikan sumber daya alam yang kita miliki memberikan kemakmuran bagi rakyat, memperkuat kedaulatan negara, dan membangun kemandirian ekonomi nasional,” ujarnya.
Restu menambahkan, dengan memperkuat hilirisasi, PT Timah Tbk tidak hanya berkontribusi pada peningkatan pendapatan negara melalui pajak dan PNBP, tetapi juga ikut menjaga keberlanjutan sumber daya alam lewat praktik pertambangan yang bertanggung jawab.
Momentum HUT ke-80 Republik Indonesia dengan tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” disebut Restu menjadi pemacu semangat perusahaan untuk mengakselerasi langkah hilirisasi.
“Hilirisasi bukan hanya soal peningkatan nilai produk, tetapi juga tentang kemandirian ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan keberlanjutan industri,” kata Restu.
Konsistensi ini membuktikan bahwa PT Timah Industri bukan sekadar mengikuti tren, melainkan menjadi pelopor dalam mengubah arah industri timah Indonesia dari pengekspor bahan mentah menjadi produsen produk bernilai tinggi yang mampu bersaing di pasar global. (*)













