Ini menunjukkan bagaimana infrastruktur digital yang tidak memadai dan kurangnya interaksi antara siswa dan guru dapat menghambat proses belajar mengajar.
Dari sudut pandang Riska, guru DKV SMKN 1 Simpang Katis, berbagi strategi yang diimplementasikan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaram.
“Kami menggunakan Google Classroom untuk tugas dan Google Drive untuk pengumpulan tugas. Saya juga mewajibkan siswa untuk mengaktifkan kamera zoom selama kelas berlangsung, lalu menyelipkan sesi ice breaking di tengah-tengah pembelajaran agar siswa tidak bosan dan tetap bersemangat selama kelas berlangsung,” jelas Riska.
“Selama pembelajaran online, semangat belajar para siswa menurun drastis karena kurangnya motivasi, mungkin mereka terlena dengan pembelajaran online dan kurangnya pengawasan dari orang tua, sebab tidak semua orang tua melakukan pengawasan terhadap pembelajaran anaknya,” ujarnya.
Kurniawati, ibu penjual di kantin, memberikan perspektif yang berbeda. Pandemi menyebabkan penutupan kantin yang berdampak pada kondisi ekonominya. Namun, dia menambahkan, “Komunikasi dengan sekolah sangat membantu, prestasi anak saya tetap stabil selama pandemi karena kami tetap terlibat dalam proses belajar mereka.”
Ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka, terutama selama pembelajaran online.
Setelah mewawancarai ketiga narasumber dengan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan kualitas belajar siswa siswi di SMKN 1 Simpang Katis, diperlukan kolaborasi antara siswa, guru dan juga orang tua.
Penyediaan infrastruktur digital yang memadai, peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran daring, serta peran aktif orang tua dalam mendampingi anak selama pembelajaran, menjadi kunci utama untuk menjaga kestabilan kualitas dan prestasi siswa siswi di SMKN 1 Simpang katis.