Namun, ia menyadari bahwa pengalaman ini adalah proses untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan disiplin. Lingkungan yang kondusif di Pemali Boarding School pun turut membantu Rival menghadapi rasa rindu kepada orang tuanya yang sempat menghampiri.
“Pada awalnya, saya tidak diizinkan untuk memegang handphone, jadi sering kali saya penasaran dengan kabar orang tua. Namun, lingkungan di sini sangat nyaman. Saya bisa curhat dengan teman-teman ketika merasa kangen orang tua. Selain itu, fasilitas yang ada di sini juga sangat mendukung, yang semakin memotivasi saya untuk belajar lebih giat,” tambahnya.
Selain aspek akademik, pengalaman budaya yang berbeda di Kepulauan Bangka Belitung juga memberikan kesan mendalam bagi Rival. Salah satunya adalah tradisi Nganggung, yang belum pernah ia temui di Riau.
“Di sini saya belajar banyak tentang budaya lokal, seperti Nganggung, yang sangat berbeda dengan yang saya temui di Riau. Hal ini membuka wawasan saya dan semakin mengajarkan saya untuk menghargai keberagaman,” ujar Rival.
Rival yang kini tengah menyiapkan masa depannya, bertekad untuk membanggakan tanah kelahirannya, Kepulauan Meranti. Ia berharap dapat terus mengukir prestasi sebanyak mungkin.
“Saya ingin membanggakan Kepulauan Meranti, tempat asal saya, dengan mengukir prestasi yang dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman di sana,” ungkapnya.
Dengan segala manfaat yang telah dirasakan, Rival berharap Pemali Boarding School terus berlanjut untuk memberikan kesempatan serupa bagi siswa-siswa lain yang kurang mampu.
“Semoga program ini terus berlanjut karena sangat bermanfaat bagi siswa seperti saya yang berasal dari keluarga kurang mampu. Semoga PT Timah terus maju dan selalu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” pungkas Rival. (*)
