Harus diakui, tutur Iwan, tidak mudah bertahan dan menjalan usaha besar seperti Sadai.
“Dari verifikasi saya soal SKBDN PT RBA dengan manajemen lama, kala itu hingga saat ini dapat kepercayaan dari Bank Mandiri sampai Rp 700 miliar, untuk 2023 saja, dapat dipakai kontraktor yang diberi pekerjaan Sadai, dengan membayar profisi. Dari Rp10 miliar proyek diberikan ke kontraktor untuk mengurusnya, sebagai test case, ternyata kontraktor tidak bankable,” ujar Iwan.
Bankable adalah nasabah yang mampu memenuhi persyaratan dari bank. Tidak bankanle artinya nasabah yang tidak mampu memenuhi persyaratan dari bank.
Selain itu, diakui Iwan terkait PT RBA muncul isu yang kurang sedap terutama terkait kondisi sebelumnya.
“Jika benar penipuan seharusnya Bank Mandiri yang akan melaporkan bukan pihak lain. Silakan diverifikasi ulang. Jangan sampai indikasi sakit hati individu oknum kontraktor tak jalan PT RBA secara korporat dipojokkan dan proyek Sadai yang dimotori anak muda daerah tenggelam, sebagai target,” tutur Iwan.
“Jadi di lapangan kenyataan dibalik. Malahan “pembusukan” terhadap sosok Yanto Purba, terus terjadi. Antara lain perihal ini (isu penipuan). Saya menduga banyak pihak memojokkan proyek Sadai,” kata dia.
“Akan tetapi percayalah dengan adanya proyek ini Babel bangkit dan pusat sangat mendukungnya, dan saat ini sedang persiapan bergerak untuk Presiden akan meresmikan industri turunan timah: Tin Powder tahap awal. Manajemen PT RBA saya ambil alih, kita selamatkan biar jalan. Bismillah,” imbuh Iwan. (fh)