“Kami sangat menyambut baik kegiatan ini dan berharap kolaborasi yang terjalin bisa terus berlanjut. Ini adalah momen penting untuk mengedukasi masyarakat sekaligus memperkuat komitmen dalam menjaga kelestarian habitat Ikan Tempala Mirah,” ujar Risvandika.
Diskusi yang berlangsung di Ruang Kerja Sekretaris Daerah Bangka Selatan dan membahas strategi pelestarian, termasuk usulan pembentukan suaka ikan yang legal dan berkelanjutan.
Ketua Tim Peneliti dari Universitas Erlangga, Veril Ahmad, menyampaikan pentingnya langkah konkret untuk menyediakan kawasan perlindungan bagi spesies endemik tersebut.
“Kami berharap Kabupaten Bangka Selatan dapat memiliki lokasi konservasi resmi untuk mendukung keberlangsungan hidup Betta Burdigala,” kata Veril.
Sebagai bagian dari upaya konservasi, tim peneliti menyerahkan sebanyak 300 ekor benih Ikan Tempala Mirah untuk dilepaskan ke habitat aslinya di rawa Desa Bikang dan Desa Serdang.
Koordinator Penyelamatan Ikan Khusus Asia Tenggara, Dr. Nata Niel, menyatakan apresiasinya atas sambutan hangat dari Pemkab Bangka Selatan dan berharap sinergi ini tidak hanya berakhir pada kunjungan tersebut.
“Kami optimistis kolaborasi lintas negara ini bisa menjadi contoh konservasi berkelanjutan, bahkan berpotensi menarik wisatawan internasional karena keunikan ikan endemik ini,” ujar Dr. Niel.
Langkah konservasi ini juga diharapkan membuka peluang baru dalam pengembangan ekowisata berbasis lingkungan di Bangka Selatan, sekaligus memperkuat identitas ekologis daerah sebagai rumah bagi spesies langka air tawar Indonesia. (*)
