“Dulu dapatnya cuma 10 kilogram, sekarang bisa sampai 50 kilogram sehari. Ikan-ikannya juga ikan super, ada seminyak, jarang gigi, kakap merah, dan sekarang lagi musim cumi. Malam-malam banyak cumi di sekitar fish shelter,” jelasnya.
Selain berdampak pada hasil tangkapan, keberadaan artificial reef ini juga membuka potensi baru untuk pengembangan wisata bawah laut di wilayah Bangka Selatan.
Ketua POSSI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Fahmi Fauzi, yang ikut menyelam saat monitoring, menyampaikan bahwa ekosistem laut di sekitar artificial reef sudah mulai terbentuk.
“Saat penyelaman kami melihat banyak ikan karang seperti kakap merah, ikan merah, seminyak, tamban, tande, gerut, kerong-kerong, jebung hingga cumi. Ini tentu menarik jika dikembangkan sebagai wisata selam,” jelasnya.
Fahmi juga berharap PT Timah terus melibatkan POSSI dalam kegiatan serupa ke depan. Menurutnya, ini bukan hanya bentuk pelestarian laut, tapi juga peluang besar untuk memperkenalkan wisata selam di Bangka Belitung ke khalayak yang lebih luas.
“Dengan kegiatan ini, dunia bisa tahu bahwa ada wisata baru hasil reklamasi laut dari artificial reef PT Timah. Kami dari POSSI Babel sangat mengapresiasi dan mendukung penuh,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pelestarian lingkungan laut dapat berjalan beriringan dengan peningkatan ekonomi masyarakat dan pengembangan sektor pariwisata. (*)