Lebih lanjut, Cholid menyampaikan bahwa pihaknya baru mengetahui korban sakit setelah wali kelas melihat unggahan status WhatsApp orang tua korban pada Kamis (24/7/2025).
Wali kelas kemudian menghubungi orang tua korban dan orang tuanya menyebutkan bahwa korban dirawat di rumah sakit karena sakit usus dan pembengkakan lambung.
Setelah mendapat kabar tersebut, rencananya pihak sekolah akan menjenguk korban, namun tertunda karena pada saat itu korban baru menjalani operasi. Sayangnya, korban kemudian dinyatakan meninggal dunia.
“Jadi kami dari pihak sekolah tidak ada melakukan pembiaran. Guru kelas mendapat kabar korban dirawat di rumah sakit melalui stori wa ibu korban ZH, kemudian guru kelas melakukan komunikasi lewat via wa ke ibu ZH. Mendapat kabar tersebut, kami pihak sekolah berencana ingin menjenguk korban, namun karena waktu itu ZH akan dioperasi sehingga rencana batal. Tak lama kemudian pihak sekolah mendapat kabar bahwa korban telah meninggal dunia,”tuturnya.
“Dan kami berharap semoga kejadian seperti ini tidak trulang lagi agar anak-anak merasa aman di sekolah,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dindikbud Basel, Ansyori, menyampaikan bahwa pihak keluarga korban meyakini perundungan yang dialami ZH tidak hanya bersifat verbal, namun juga fisik.
“Pihak sekolah memang menyatakan bahwa perundungan hanya terjadi secara verbal, tetapi keluarga korban menyebut kemungkinan juga terjadi kekerasan fisik. Maka dari itu, kami masih menunggu hasil resmi dari pihak berwenang karena keluarga korban juga bakal membawa ini ke proses hukum,” jelasnya
Lebih lanjut, Ia juga mengatakan, Dindikbud Basel akan mengikuti perkembangan proses hukum yang kemungkinan akan ditempuh oleh pihak keluarga.
“Kami akan menunggu proses hukum agar semua menjadi jelas dan terang apakah benar penyebab meninggalnya korban akibat bullying fisik, atau ada faktor lain. Saat ini kami masih berpegangan pada informasi awal dari kedua belah pihak untuk hasil resminya itu setelah proses selanjutnya,” pungkasnya. (*)