Hal ini memunculkan babak baru polemik, termasuk tudingan bahwa ada oknum jurnalis yang menjadi “backing”.
Menurut Alfani, tudingan terhadap wartawan sebagai pihak yang mendukung tambang ilegal adalah narasi yang keliru dan menyederhanakan masalah.
“Lucu kalau hanya karena satu dua wartawan langsung dituding sebagai pendukung tambang ilegal. Seberapa besar pengaruh mereka? Jangan lebay, kita harus jernih melihat masalah. Persoalan ini jauh lebih kompleks,” katanya.
Ia menilai pemberitaan yang menyudutkan pihak tertentu seharusnya diselesaikan lewat hak jawab, bukan dengan saling serang di media.
“Berita yang penuh asumsi, tanpa konfirmasi, itu berbahaya. Media punya kebebasan tapi juga ada tanggung jawab. Prinsip cover both sides itu wajib hukumnya,” ucap Alfani yang juga dikenal sebagai mantan jurnalis.
Ia mengajak semua pihak untuk menahan ego dan kembali pada tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Penegakan hukum menurutnya penting, tapi harus disertai pendekatan persuasif dan humanis.
“Pak Kapolres sangat bijak. Beliau tetap menjalankan hukum, tapi juga mempertimbangkan sisi kemanusiaan. Sudah sering dihimbau agar berhenti. Tapi kalau masih membandel, ya tentu ada tindakan tegas,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Alfani menyampaikan bahwa tambang laut di wilayah ini sudah lama terjadi dan semua pihak mengetahui itu. Karena itu, penyelesaian polemik ini harus dilakukan dengan cara yang elegan dan proporsional.
“Jangan hanya tuding satu dua oknum lalu seolah selesai. Kenyataannya, banyak pihak yang terlibat, langsung maupun tidak langsung. Maka mari kita sudahi polemik ini dengan kepala dingin dan kembalikan semuanya ke jalur hukum,” pungkasnya. (*)