Meskipun jumlah hanya 120 tim peserta tahun ini yang mendaftar, sedikit berkurang dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 128 tim. Namun semangat kompetisi Pemuda Cup 2025 ini justru semakin membara.
​”Kami ingin memberikan ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan bakat mereka. Siapa tahu, dari lapangan sederhana ini akan lahir pemain-pemain hebat yang kelak membawa nama Bangka Barat, bahkan Bangka Belitung,” tutur Doni.
​Meskipun para pemain mengenakan seragam dan sepatu seadanya, bahkan sebagian atribut yang mereka kenakan nampak lusuh. Namun semangat dan mimpi mereka tak kalah besar dari pemain di stadion megah. Bagi mereka, ajang kompetisi seperti inilah untuk unjuk kemampuan agar bisa dikenal untuk menggapai masa depan.
Di tepi lapangan, puluhan warga desa, mulai dari anak-anak hingga orang tua, tumpah ruah memberikan dukungan.
Sementara disisi lain, para perangkat desa, tokoh masyarakat, dan panitia duduk rapi menyaksikan prosesi pembukaan, sekaligus menyaksikan penampilan tim-tim yang bertanding.
​Sebelum peluit pembukaan berbunyi, Doni kembali mengingatkan para peserta untuk menjunjung tinggi sportivitas dan persaudaraan.
“Kita rayakan kemerdekaan bukan dengan perang, tapi dengan persatuan di lapangan hijau. Yang utama adalah persaudaraan,” pungkasnya.
Ketika peluit berbunyi, sorak-sorai pun pecah. Pemuda Cup 2025 menjadi simbol persatuan dan harapan akan lahirnya bintang-bintang sepak bola masa depan dari desa kecil ini. (blv)