“Menempatkan artefak seperti ini di museum kebaharian menjadi langkah konkret untuk memperluas pemahaman publik terhadap kekayaan laut Indonesia,” tuturnya.
Menurut Sugito, Kepulauan Babel memiliki warisan budaya bahari yang sangat kaya, mulai dari seni pembuatan perahu, ritual nelayan, kuliner khas pesisir, hingga sistem adat pengelolaan laut yang lestari.
Oleh karena itu, dengan menghadirkan elemen-elemen budaya ini ke ruang publik seperti museum merupakan bentuk penghargaan sekaligus edukasi bagi masyarakat luas.
Dengan hadirnya miniatur kapal tradisional Babel di Museum Bahari Jakarta, Sugito berharap akan tumbuh semangat baru, khususnya di kalangan generasi muda, untuk mencintai, menjaga, dan mengembangkan warisan budaya tersebut.
“Ini bukan hanya tentang masa lalu, tapi tentang bagaimana warisan leluhur kita bisa menjadi fondasi ekonomi kreatif dan pariwisata berkelanjutan ke depan,” harapnya.
Menutup sambutannya, Sugito mengajak semua pihak untuk bersinergi memajukan pariwisata bahari Babel, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai lokal dan partisipasi masyarakat.
“Pariwisata yang kuat adalah yang mampu menyentuh akar budaya, memperkuat identitas, menjaga lingkungan, dan tentu saja, memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir,” pungkasnya.