Namun tanpa diduga, sekitar 30 orang yang diduga merupakan preman bayaran tersebut sudah menunggu di sekitar mobil.
“Saat kami sampai di mobil, mereka langsung menghadang. Kami diintimidasi, diperlakukan kasar, dan akhirnya dikeroyok,” ujar Kacak.
Akibat kejadian tersebut, Lendra dan rekan-rekannya langsung menjalani visum di rumah sakit dan melaporkan peristiwa itu ke SPKT Polres Belitung Timur.
Menanggapi insiden tersebut, Ketua PWI Provinsi Bangka Belitung, Mohammad Fathurrakhman yang akrab disapa Boy mengecam keras tindakan kekerasan terhadap jurnalis.
“Ini merupakan bentuk penghalangan terhadap tugas jurnalistik dan ancaman serius terhadap kemerdekaan pers,” tegas Boy.
Ia menambahkan bahwa kekerasan ini jelas melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan sudah masuk ranah pidana.
“Kemerdekaan pers adalah hak asasi warga negara. Wartawan berhak mencari, memperoleh, dan menyebarkan informasi tanpa tekanan ataupun kekerasan,” ujarnya.
Boy mendesak Kapolda Babel Irjen Pol Hendro Pandowo dan Kapolres Beltim AKBP Feri Indra Dalimunthe untuk segera menangkap pelaku dan mengusut tuntas kasus ini.
“Saya sudah instruksikan agar kasus ini dikawal ketat. Kami pastikan korban sudah melapor ke polisi, dan kami tidak akan tinggal diam,” tutup Boy.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak-pihak terkait masih dalam upaya konfirmasi.
