Wilayah Sukadamai dikenal sebagai kawasan padat penduduk di pesisir Toboali. Rumah-rumah berdempetan, gang-gang sempit, dan akses terbuka ke laut membuat area ini rawan dijadikan jalur keluar-masuk barang haram.
Bagi aparat, kawasan ini sudah lama dianggap sebagai titik merah atau “Texas”-nya Toboali, istilah warga untuk menggambarkan daerah yang sulit dikendalikan karena maraknya aktivitas jual beli sabu.
Berdasarkan keterangan sumber terpercaya, aktivitas para pengedar di kawasan tersebut bahkan dilakukan secara terang-terangan.
“Sekarang bukan lagi sembunyi-sembunyi. Mereka seperti punya lapak sendiri-sendiri, mirip orang jual ikan di pasar. Orang datang, beli, terus pergi. Sudah lama begitu,” ungkap sumber itu.
Sumber tersebut menyebut sedikitnya belasan pengedar aktif beroperasi di kawasan itu. Mereka memiliki pelanggan tetap dan terhubung dengan jaringan yang memasok sabu dari luar daerah, terutama dari Provinsi Sumatera Selatan.
Operasi Panjang dan Peringatan Keras
Brigjen Pol Eko Kristianto menegaskan bahwa operasi di Sukadamai bukanlah langkah spontan, melainkan hasil pengintaian intensif selama beberapa hari.
Ia memastikan seluruh pelaku akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Para bandar dan pengedar dijerat dengan pasal berat terkait peredaran narkoba.
“Ini peringatan keras. Tidak ada tempat aman bagi pengedar narkoba di Bangka Selatan. Untuk bandar yang kabur, kami akan kejar sampai ke mana pun mereka bersembunyi,” tegasnya.
Penggerebekan di Sukadamai ini menambah daftar panjang keberhasilan BNNK Bangka Selatan dan BNN Babel dalam memutus jaringan peredaran narkoba di daerah pesisir. Aparat berkomitmen menjadikan Bangka Selatan sebagai wilayah yang bersih dari narkoba.
Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap para pelaku dan barang bukti di Kantor BNNK Bangka Selatan. (*)

















