“Ada beberapa tanda-tanda seperti pembusukan di seluruh tubuh, luka di bagian kaki kiri, dan kulit yang terkelupas. Kondisi ini memperkuat dugaan korban sudah meninggal cukup lama,” jelas Marto.
Sementara, lanjut Marto, berdasarkan keterangan dari rekan kerja korban, Agun terakhir kali terlihat pada 10 Januari 2025 saat membersihkan saluran air yang tersumbat di tengah hujan deras.
“Rekan kerjanya menyebutkan bahwa korban sempat bekerja di area bendungan pada pagi hari. Namun, ia tidak kembali ke mes hingga malam hari, dan keberadaannya tidak diketahui sejak itu,” ujarnya.
Diketahui, PT Jingtong tempat korban bekerja, merupakan perusahaan tambang yang sudah tidak beroperasi sejak 2019. Meski demikian, perusahaan tersebut tetap mempekerjakan dua orang untuk menjaga asetnya.
“Korban adalah salah satu penjaga aset perusahaan. Kasus ini menjadi perhatian serius, terutama terkait dengan tanggung jawab keselamatan kerja di lokasi yang bersangkutan,” katanya.
Ia menambahkan, setelah pemeriksaan selesai, keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi pada jenazah. Pihak keluarga memilih membawa jenazah korban ke rumah duka setelah dilakukan pembersihan di RSUD Pangkal Pinang.
Meski demikian, IPTU Marto menegaskan pentingnya penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap fakta di balik kejadian ini.
“Kami akan terus mendalami kasus ini. Apalagi lokasi kerja korban diketahui memiliki risiko tinggi, sehingga harus dipastikan bahwa tidak ada pelanggaran prosedur keselamatan kerja yang berkontribusi terhadap kejadian ini,” pungkasnya.
