pemkotpangkalpinang Ucapan Hari Natal Pemkab Basel
OpiniUncategorized

Bukan Sekedar Cabai dan Secangkir Kopi

×

Bukan Sekedar Cabai dan Secangkir Kopi

Sebarkan artikel ini

Nah, pagi ini, Senin, 15 Januari 2024, saya terkejut. Menemani anak makan sahur, dua bungkus kecil cabai kemasan ikut disajikan di piring tahu goreng. Saya pun bertanya, itu apa? Sebab, sepengetahuan saya, Faqih tidak begitu suka makan cabai atau memakan makanan yang terlalu pedas.

“Cabai, ini level pedas 15. Kalau abi mau yang level lebih pedas lagi, ada. Nanti abang belikan. Yang penting ongkosnya ada,” kata putra kami Faqih, tersenyum.

Saya pun balik bertanya, apakah beli dari Jakarta? Karena sepupunya baru sampai dari Jakarta. Barangkali saja ia menitipkannya.

“Tidak, beli di warung. Banyak koq dijual di warung-warung. Rasanya pun gurih dan bermacam rasa, coba aja,” ujarnya.

Saya pun membuka sebungkus, lalu menaburkan ke tahu goreng. Benar saja, rasanya gurih, terasa pedasnya. Tahu pun ludes. Ternyata praktis. Tidak perlu digoreng lagi. Jadi siap saji.

Pertanian, jika tidak dibarengi dengan inovasi akan kolot, kuno, ortodok dan tidak pernah keluar dari lingkaran persoalan yang itu, itu saja.

Kini hilirisasi cabai. Sayangnya, bukan produk Babel, tapi dari luar pulau. Petani tidak perlu khawatir jika hikirisasi berjalan. Produksi cabai akan terserap oleh industri meski baru skala UMKM. Pasar pun terbuka lebar. Bukan saja lokal, tapi bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Dengan harga yang stabil petani pun bisa konsisten bertanam atau berproduksi. Hilirisasi ini juga kalau diolah sendiri maka akan memberi nilai tambah. Selain itu, membuka peluang bagi generasi millenial untuk terlibat dan masuk ke sektor pertanian. Lapangan pekerjaan terbuka sehingga bisa menyerap tenaga kerja dari kaum millenial.

Kopi, lebih dulu menjadi moderen. Hilirisasi kopi bahkan kini sudah naik level ke industri perkopian.

Lalu, bagaimana hilirisasi pertanian?

#SalamBroTani

Oleh Fakhruddin Halim

Senin, 15 Januari 2024