“Dari 300 orang yang terpilih, saya salah satunya yang akhirnya bisa masuk. Diawali masuk kita dikumpulkan dan bersama kita harus berjuang mengikuti beberapa test hingga bisa diberangkatkan,” ujarnya.
Selama tiga tahun mengikuti program Babel Academy, Isti juga merasakan bahwa program yang dicanangkan oleh Rosman Djohan Institute sangat bermanfaat untuk dirinya dan mereka yang ingin sekolah tanpa ada biaya.
“Ini program dari Ibu Melati dan Pak Erzaldi benar-benar sangat bermanfaat dan menjadi pencerahan bagi kami yang ingin sekolah tapi tidak ada biaya,” ujarnya.
Isti juga berpesan kepada mereka calon mahasiswa agar jangan berhenti mengejar cita-cita karena Babel Academy ini sangat bermanfaat untuk dapat membangun putra putri daerah belajar hingga go internasional.
“Kami harap ini program terus berlanjut agar mereka yang berkeinginan besar tetap bisa bersekolah tanpa harus memikirkan biaya karena semua biaya full di biayai kampus tanpa ada dari Provinsi dan tidak membebani siapapun, dari living count, sampai research dibiayai oleh kampus,” harap Isti.
Hal serupa juga dikatakan Fitriani, Alumni National Taiwan Ocean University yang juga Alumni Babel Academy mengakui bahwa program yang menjaring pemuda pemudi untuk kuliah di luar negeri ini sangat bermanfaat, karena sebelum menjadi calon mahasiswa mereka juga dibimbing dan dibekali pembelajaran terkait bagaimana menyiapkan berkas untuk keperluan sekolah, tips membuat CV atau daftar riwayat hidup, diberikan motivation letter untuk menentukan beasiswa apa yang sesuai dengan profil masing-masing hingga mengikuti test toefl yang dibiayai langsung oleh Babel Academy.
“Kita di bimbingan sama skuters dan kita diveri tips membuat CV, motivation letter yang beasiswa apa yang sesuai dengan profil kita karena tidak hanya 1 beasiswa yang ditawarkan, dan saya akhirnya masuk ke Taiwan,” ujarnya.
Ia juga mengakui untuk keberangkatan di luar negeri dirinya difasilitasi semua oleh Babel Academy hingga dirinya mendapat beasiswa langsung dari kampus, SPP gratis dan uang saku yang cukup untuk hidup di sana.
“Semua keberangkatan kita difasilitasi, saya dapat beasiswa kampus, SPP gratis dan uang saku yang cukup untuk hidup di sana. Kita juga dikasih kesempatan untuk bekerja 20 jam dalam 1 minggu dan Saya menjadi housekeeping,” ujarnya
Oleh karena itu Fitri mengakui dirinya sangat bersyukur adanya program Babel Academy dan berharap Babel Academy akan ada lagi di tahun berikutnya sehingga bisa menjadi wadah bagi Anak muda untuk mengembangkan diri.
“Semoga Babel Academy bisa menjadi wadah bagi anak muda di Babel yang ingin berkembang. Untuk kalian putra putri daerah tetaplah semangat, bekali diri dengan bahasa asing untuk bisa kuliah ke luar negeri meski saat di sana ada pengalaman yang baik dan buruk karena perbedaan budaya dan kehidupan sosial,” ujarnya.
Rangga Al Fattaah, mahasiswa Astrakhan Tatischev State University Russia asal Muntok Bangka Barat ini juga mengakui bahwa dirinya lulus mengikuti program Babel Academy untuk S2 selama tiga tahun di Rusia yang meski saat itu sedang perang, namun dirinya tetap optimis menyelesaikan pendidikan di sana, sembari bekerja sebagai kurir dan pelayan cepat saji.
“Mereka orang asing itu selalu welcome sama kita. Dari program Babel Academy saya bisa mewakili Indonesia dalam forum ekspor impor untuk produk Babel yakni lada, karena di Rusia mereka pecinta lada, sampai di setiap meja harus ada lada untuk menikmati makanan,” ujarnya.