menurut dia, co-firing yang merupakan teknik substitusi batubara dengan rasio tertentu ini digunakan secara bersamaan dengan woodchip atau limbah kayu dalam pembakaran PLTU.
“Penggunaan biomassa dalam metode _co-firing bisa disebut karbon netral (carbon neutral). Selain itu, woodchip sebagai biomassa co-firing PLTU tidak mengandung sulfur seperti halnya batubara sehingga penggunaan woodchip dapat menurunkan emisi,” ujar Ganjar.
Dijelaskan dia, pengujian co-firing di PLTU Air Anyir Bangka menggunakan cangkang sawit dengan komposisi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, dengan pengujian pada beban 25 MW dengan porsi 100% biomassa pada tanggal 25 Oktober 2022 juga menunjukkan penurunan emisi yang lebih rendah.
Sedangkan, lanjut dia, komersialisasi co-firing di PLTU Air Anyir Bangka menggunakan woodchip telah dilaksanakan pada 27 September 2022.
“Sampai saat ini PLTU Bangka mengimplementasikan co-firing dengan persentase 5% telah memproduksi green energy sebesar 8.205 MWh atau equivalen dengan penurunan emisi sebesar lebih dari 10ribu ton CO2,” jelas dia.
“Program co-firing PLTU Air Anyir Bangka telah sukses dilaksanakan dan telah berkontribusi dalam penurunan emisi karbon untuk masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.