Setelah mengunjungi kantor PWI, Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga menghadiri peringatan tiga tahun almarhum H. Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional dan Bapak Perfilman Indonesia. Acara tersebut juga menandai 16 tahun penetapan Gedung Sinematek Usmar Ismail sebagai Objek Vital Nasional di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
Sinematek Usmar Ismail, yang menyimpan ribuan dokumentasi dan arsip film nasional, menjadi ruang arsip film terbesar di Asia Tenggara. Di dalamnya terdapat karya-karya penting seperti naskah skenario dan peralatan film bernilai sejarah, menjadikannya warisan penting bagi industri perfilman Indonesia.
Acara peringatan di Hall Usmar Ismail tersebut dihadiri oleh ratusan insan perfilman. Tampak hadir pula putra dan putri almarhum H. Usmar Ismail yang menyaksikan langsung acara penghormatan bagi sang ayah.
Usmar Ismail dikenal sebagai tokoh perfilman penting yang dijuluki Bapak Perfilman Indonesia. Hari syuting pertama filmnya “Darah dan Doa” pada 30 Maret 1950 diabadikan sebagai Hari Film Nasional. Selain sebagai seorang sutradara, Usmar juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PWI Pusat kedua pada periode 1946-1947.
Sejumlah tokoh perfilman juga hadir dalam acara tersebut, termasuk Raam Punjabi bersama istrinya Raakee Punjabi yang dikenal sebagai Raja Sinetron, serta artis dan tokoh lainnya seperti Paramitha Rusady, Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet, Yatie Octavia, Marcella Zalianty, dan Marini Zumarnis.
Dari organisasi perfilman, hadir Deddy Mizwar selaku Ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dan Djonny Sjafruddin yang merupakan Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), menambah kehadiran tokoh-tokoh penting dalam acara penghormatan untuk Usmar Ismail tersebut.