Kendati demikian, harus diakui dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, hingga saat ini kepolisian adalah salah satu ujung tombak penegakan hukum di Indonesia.
Oleh karena itu, orang-orang yang akan menjadi pimpinan di kepolisian itu haruslah memiliki integritas dan komitmen tinggi dalam memberantas segala bentuk kriminalitas.
Publik pun menilai dan mengkritik, jika hasil ungkap kasus besar berakhir dengan penegakan hukum tajam ke bawah bukan ke atas. Justru itu, bukan berarti semua kegaduhan masyarakat tidak perlu.
Kegaduhan yang bersifat kritik, pengawasan, pembenaran atas langkah yang melenceng ialah kegaduhan yang perlu. Kritik itu perlu. Apalagi bukan perkara mudah mengkritisi aparat penegak hukum.
Karena mengkritik sebenarnya hendak memperbaiki, bukan menjatuhkan institusi apalagi membunuh karakter seseorang. Mengkritik bukan berarti tidak bersahabat. Karena sahabat yang baik adalah menjaga dan mencegah agar sahabatnya jangan terjerumus masuk jurang.
Meskipun kritikan dilakukan agak keras tetapi kritik dilakukan secara elegan untuk memperkuat kinerja kepolisian. Bisa saja dari kritik pedas masyarakat menjadi ide baru untuk mengungkap kasus siapa pelaku teratas yang belum terungkap.
Pimpinan kepolisian bisa berganti setiap saat. Jangan karena demi kepentingan “sesuatu”, rakyat kecil seperti sopir dan kernet menjadi korban.
Masyarakat paham dan tahu betul. Kepolisian butuh waktu dalam melakukan penyelidikan. Tak bisa sembarangan menetapkan seseorang menjadi tersangka tanpa alat bukti yang cukup. Kini masyarakat menanti nyali kepolisian untuk mengungkap otak pelaku penyelundupan 10 ton timah.
Editorial : Mad Doni